Monday, June 10, 2019

APA ITU DZIKIR?

0 Comments
APA ITU DZIKIR?

Agama bukan untuk mendapatkan kekuasaan duniawi. Dalam kata-kata Yesus, untuk meraih “kerajaan surga.” Diin ini hanya memungkinkan dengan jalan meraih realitas esensial diri.
Bagaimana agar orang bisa mendapatkan ilmu mengenai diri?
Melalui otak, tentunya!
Keberhasilan kita ditentukan oleh sejauh mana kita menggunakan kapasitas otak kita. Semakin luas cakupan kapasitas perenungan kita, semakin obyektif kita memandang sesuatu dan semakin kuat ruh kita jadinya, memungkinkan kita untuk mengenal realitas Allah.
Namun bagaimana kemajuan semacam itu terjadi di dalam otak?
Sebagaimana telah saya jelaskan panjang lebar di dalam buku Kekuatan Doa – Menyalurkan Gelombang Otak Melalui Dzikir, melalui amalan yang dikenal sebagai dzikir!
Benar sekali, dzikr adalah kunci kepada semua hal di atas.
Sebagai makna yang pertama, dzikir dikenal sebagai mengulang-ulang doa-doa tertentu atau nama-nama Allah. Makna ke dua mencakup mengingat dan merenungkan. Lebih jauh lagi, dzikir berarti juga mengkaji dan menyelami sebuah makna sedemikian rupa sehingga menghasilkan perenungan yang luas lagi dalam.
Berikut beberapa ayat dari Al-Qur’an berkenaan dengan pentingnya dzikir:
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah harta duniawi dan anak-anak kalian menghalangi kalian dari mengingat Allah (mengingat diri esensial kalian, dan memenuhi ketentuan-ketentuannya). Dan barangsiapa yang berbuat demikian – mereka lah orang-orang yang rugi!” (Al-Quran 63:9)
“Mereka (benda-benda/berhala-berhala sembahan mereka) akan mengatakan, ‘Subhan , Engkau! Mustahil bagi kami mengambil pelindung selain Engkau. Tapi apabila Engkau memberikan kenikmatan bagi mereka dan bapak-bapak mereka, mereka melupakan ilmu mengenai realitas dan memuaskan diri dalam kesenangan-kesenangan jasmaniah yang pada akhirnya menuntun mereka kepada kehancuran mereka.’” (Al-Quran 25:18)
“Dan barangsiapa dibutakan (dengan hal-hal eksternal) dari mengingat Yang Rahman (mengingat bahwa realitas esensialnya tersusun dari Nama-nama Allah dan karenanya dari menjalani ketentuan-ketentuan ini), Kami angkat baginya Setan (khayalan, ide bahwa dirinya hanyalah tubuh dan bahwa hidup harus dijalani untuk mengejar kesenangan jasmaniah) dan (keyakinan) ini akan menjadi identitasnya yang (baru). Dan sungguh, ini akan memalingkan mereka dari jalan (realitas) sedangkan mereka mengira bahwa mereka berada di jalan yang benar!” (Al-Quran 43:36-37)
“Setan (kejasmanian; ide bahwa diri hanyalah tubuh fisik belaka) telah menguasai mereka dan membuat mereka lupa akan Allah (realitas diri mereka yang telah diperingatkan kepada mereka, dan bahwa mereka akan meninggalkan tubuh mereka serta hidup kekal sebagai ‘kesadaran’ yang terdiri dari Nama-nama Allah!). Orang-orang (yang selalu menerima dorongan-dorongan setan dan mengira dirinya hanya tubuh fisik belaka) adalah sekutu Setan. Perhatikanlah, sangat pasti, sekutu-sekutu Setan adalah orang-orang yang sangat merugi!” (Al-Quran 58:19)
Ketiadaan mengingat dalam bentuk dzikir mungkin merupakan kekurangan terbesar dalam hidup kita. Mereka yang otaknya tidak memiliki kekuatan dzikir sangat rentan terhadap manipulasi bangsa jin.
Berada dibawah pengaruh Setan akan menunjukkan realitas yang jauh lebih besar dibanding perkiraan orang yang dipengaruhinya. Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa kebanyakan ras manusia berada dibawah pengaruh jin:
“Pada Hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua (dan mengatakan), ’Hai komunitas jin, kalian sungguh telah merasuki (menyesatkan dari realitas) begitu banyak manusia’…” (Al-Quran 6:128)
Satu-satunya dan senjata paling ampuh yang dimiliki manusia untuk melawan jin, yang paling sering muncul dengan menyamar sebagai alien atau mahluk luar angkasa, adalah dzikir.
Ciri yang paling nampak dari orang-orang yang berada dibawah pengaruh jin adalah ucapannya yang bukan-bukan, tidak logis dan bertentangan.
Al-Qur’an menasihatkan untuk membaca ayat berikut sebagai dzikir atau sebagai doa agar terlindung dari mereka:
“Rabbi annii massani asy-syaythaanu binushubin wa `adzaabin, rabbi a`uudzu bika min hamazaati asy-syayaathiini wa a`uudzu bika rabbi an yahdluruuni, wa hifzhan min kulli shaythaanin maaridin” (Al-Quran 38:41, 23:97-98, 37:7)
“Rabb-ku (realitas Nama-nama yang menyusun esensiku)! Setan (mekanisme internal [ego] yang mengangkat keberadaan khayal dan menghijab Realitas Absolut) meresahkan dan menyiksaku. Rabb-ku, aku berlindung kepadaMu dari hasutan Setan, dan aku berlindung kepadaMu dari kehadiran pengaruh Setan di sekitarku. Dan Kami telah memberikan perlindungan dari Setan yang tertolak.”
Rokok merupakan sumber nutrisi yang paling menonjol bagi bangsa jin. Karena hal ini, mereka tidak pernah meninggalkan para perokok. Lagi-lagi, dzikir dan doa adalah satu-satunya cara yang dapat melindungi diri dari pengaruhnya.
Doa dan dzikir memungkinkan otak untuk menghasilkan energi pelindung, yang dapat melindungi otak dari impuls-impuls yang dikirim oleh jin, baik dengan melemahkannya ataupun dengan menolaknya sama sekali.
Sebenarnya, energi pelindung yang dipancarkan oleh otak ketika berdzikir membentuk medan perlindungan di sekeliling orang yang mengamalkannya.
Sesungguhnya, tujuan utama kita dalam hidup semestinya adalah mengembangkan dan memperkaya otak kita melalui dzikir untuk mengenal diri dan lingkungan kita. Karena otak kita memiliki potensi yang ada diluar imajinasi kita, sekiranya kita dapat mengendalikan kekuatannya!
Hanya setelah itu kita bisa melihat kedalam realitas manusia, susunannya, mekanismenya, fitur-fitur melekatnya serta cara mengoptimalkannya melalui dzikir dan doa.

JAGAT HOLOGRAFIK DARI FIKIRAN ANDA

0 Comments

JAGAT HOLOGRAFIK DARI PIKIRAN ANDA

Percaya atau tidak, faham atau tidak, ada satu realitas ilmiah:
Anda hidup dan tinggal di dalam imajinasi Anda dan hanya imajinasi Anda!
Gelombang-gelombang elektromagnetik, yang sampai ke otak Anda melalui semua indra Anda, dinilai oleh pentas (platform) data yang ada dalam otak Anda dan menciptakan dunia holografik multi-dimensi dimana Anda tinggal. Siapapun Anda, Anda tidak hidup atau ada di dunia luar – Anda hidup di dunia imajinasi yang ada dalam pikiran Anda.
Hal apapun, yang Anda indera atau nilai, tidak lebih dari sekedar persepsi Anda mengenai hal keberadaannya.
Setiap orang hidup dan akan terus hidup, tanpa batas, di dalam dunia ciptaannya sendiri. Surga dan neraka Anda akan ‘nyata’ senyata dunia imajinasi yang Anda lihat sekarang.
Segala sesuatu yang ada di dunia Anda berada di sana berdasarkan nilai-nilai yang dibentuk oleh pangkalan data dari otak anda… Semua, yang membuat Anda gembira dan sedih, adalah berdasarkan nilai-nilai tersebut yang ada dalam pangkalan data pribadi Anda.
Kini saatnya untuk pembaruan!
Inilah waktunya untuk menemukan keberadaan potensial quantum kita; pembangkitan elektromagnetik kosmik kita; keberadaan holografik multi-dimensi yang diciptakan konverter kita, yang biasa disebut sebagai otak!
Mari kita akhiri semua omong kosong mengenai kafe quantum, pengobatan quantum, kue quantum, dan bangunlah menuju realitas!
Namun pertama-tama, mari mengenal hal berikut ini:
Kini saatnya merekonstruksi total ajaran-ajaran yang disampaikan kepada kita oleh Rasulullah Muhammad SAW, Al-Qur’an, para wali dan mereka yang tercerahkan, yang mengkomunikasikan pesan mereka melalui isyarat-isyarat, perumpamaan dan metafora. Kini waktunya untuk memandang ajaran-ajaran mereka dengan mengingat semua fakta ilmiah dan sumber daya yang tersedia dewasa ini.
Otak paling agung yang pernah terwujud di bumi adalah otaknya Rasulullah Muhammad SAW. Dia menyingkapkan kepada manusia realitas absolut. Mereka yang dapat memahami kebenaran ini, yang telah memiliki kemampuan untuk ‘MEMBACA’, akan mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah suara dari Yang Absolut.
Hazrat Ali, mereka yang akhir-akhir ini tercerahkan, dan semua ahli kebatinan telah mencapai ‘realitas’ dengan ‘MEMBACA’ sistem ini juga telah menjelaskan kebenaran universal yang sama, namun melalui beragam simbol dan contoh yang tersedia bagi mereka pada jamannya.
Dengan fakta bahwa kebenaran universal telah disampaikan kepada kita, secara berulang-ulang, melalui penggunaan simbol dan metafora, kita pun dapat menganalisa topik tersebut lebih jauh melalui analogi:
Mari kita anggap bahwa seorang manusia moderen di jaman sekarang, yang menggunakan hari-harinya berselancar di internet, berkomunikasi secara global menggunakan telepon internet, mengetahui semua yang terjadi di penjuru dunia dalam hitungan menit melalui aliran berita real-time, dikirim mundur 1000 tahun ke peradaban lampau yang tidak pernah menggunakan atau mengetahui tentang kelistrikan. Bagaimana orang seperti itu harus menjelaskan peralatan yang dipakai di jaman sekarang ke pada orang-orang di sekitarnya? Sedekat apa persepsi mereka terhadap kebenaran? Bahkan bagaimana mereka dapat mulai mengerti realitas sebenarnya dari apa yang dijelaskan kepada mereka?
Seperti itulah, banyak individu yang tercerahkan di masa lampau telah mencoba mengkomunikasikan kebenaran universal kepada kita melalui penggunaan simbol-simbol, metafora dan pemisalan di jamannya, untuk membangunkan kita kepada realitas yang bahkan hingga kini belum benar-benar terkuak!
Beberapa orang mampu menafsirkan dan memahami arti dan esensi sebenarnya dari pesan-pesan ini, dan beberapa yang lain tanpa memiliki kapasitas untuk memahami pengetahuan demikian, mengambil permisalan ini secara harfiah dan gagal untuk memahaminya.
Untuk itu, hal pertama yang harus kita lakukan adalah meninggalkan omong kosong bahwa agama dan sains merupakan dua hal yang terpisah dan menegakkan kembali kebenaran-kebenaran agama dengan menggunakan bahasa sains!
Sistem yang sekarang diupayakan sains untuk mengungkapkanya tidak lain dari sistem yang ‘DIBACA’ individu agamis di masa lampau, dan disampaikan melalui beragam metafora dan analogi. Realitas, seperti yang dijelaskan Rasulullah Muhammad SAW, Al-Qur’an, dan semua jiwa yang tercerahkan, sebenarnya adalah medan ilmu yang ingin dicapai sains dewasa ini. Untuk alasan inilah tepatnya, metafora agama harus digunakan sebagai katalis dalam penyelidikan ilmiah, bukannya menjadi kisah-kisah mitologis bagi pikiran!
Sebaliknya, jika kita merendahkan kebenaran absolut dan universal yang ditawarkan agama dengan postulat-postulat bahwa perkembangan ilmiah tak ada hubungan sama sekali dengan esensi pengajaran agama, maka selamanya kita akan menderita karenanya.
Selama kita gagal untuk merubah pemahaman agama, dari pandangan bahwa Tuhan ‘ada di atas sana’ menjadi ‘kebenaran universal dan absolut tak hingga dari Allah’, pasti kita akan hidup dengan kekecewaan yang tragis karena menyadari bahwa realitas yang kita yakini hanya ilusi, yang akan langsung hancur di hadapan kita!
Satu-satunya jalan menuju kebenaran absolut adalah dengan memahami realitas ‘Allah’ seperti yang dijelaskan Rasulullah Muhammad SAW, karena beliau tak pernah mengatakan Tuhan ‘di atas sana’ dan tak pernah menganjurkan untuk ‘mencariNya dimanapun di luar diri kita! Nabi Muhammad SAW bukanlah kurir atau utusan Tuhan di luar sana! Ini hanya pikiran yang ketinggalan jaman dan primitif! Dia adalah Rasulullah; ceruknya ilmu Allah!
Jika Anda ingin menyelidiki ajaran AGAMA, Anda harus melakukannya dengan melihat ke dalam ‘diri’ Anda sendiri, otak Anda, hakikat keberadaan anda, bukannya memandang ke ruang angkasa atau mengamati langit.
Potensial Quantum … yang dalam Sufisme disebut sebagai ‘Dimensi Nama-nama’, adalah potensial tak-hingga, asalnya perwujudan tak-hingga dilahirkan. Berbeda jauh dengan dunia ‘konseptual’, ini merupakan keadaan dimana semua konsep seperti waktu, ruang, bentuk, dan setiap batasan sama sekali tak terpakai!
Sifat-sifat dan kualitas komposisional yang tak terhitung ini, dalam potensial tak hingga, menunjuk kepada beragam Nama-nama Allah. Tidak ada pewujudan lokal dari Nama Allah di sini, hanya potensialnya saja! Dalam Sufisme, keadaan ini disebut sebagai ‘Pengamat yang melihat ilmuNya dengan ilmuNya dalam ilmuNya’ karena Allah bersifat ‘Alim (yang Esa yang, dengan kualitas ilmuNya, mengetahui segala sesuatu tanpa batas dalam setiap dimensi dengan seluruh aspeknya) dan ini merupakan dimensi dari Ilmu Tanpa BatasNya! Salah satu makna dari ayat “Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin, ar-Rahman, ar-Rahim” yakni “Hamd (Melihat dan menilai kesempurnaan universalNya) milik Rabb-nya seluruh alam (sumber arti tak hingga dari Nama-nama) yang Rahman dan Rahim” dalam surat pembuka Al-Qur’an yakni ‘Al-Fatihah’ merupakan realitas. Apa yang disebut oleh para ahli Sufi sebagai Kesatuan Kesaksian (Wahdat al-Syuhud) juga merujuk kepada dimensi ini.
Seseorang tak dapat berbicara mengenai ekspresi, manifestasi, ataupun materialisasi dari dimensi ini!
Dimensi dari ekspresi Elektromagnetik Kosmik diciptakan di dalam, dan oleh pengetahuan potensial quantum… Ini adalah dunia imajiner ke dua, dan turunan dari semua dimensi lain. Esensinya terbuat dari cahaya ilusi berupa samudera gelombang. Yang dapat, atau tak dapat, dipersepsikan tampil sebagai panjang gelombang dalam dimensi ini. Jenis otak yang berbeda dari spesies yang berbeda merupakan konverter (pengubah) kompsisional dari medan gelombang yang sangat luas ini. Ayat, “Maliki yaumiddiin” (Penguasa Hari Pembalasan) dalam surat pembuka Al-Qur’an (Al-Fatihah) merujuk pada kebenaran ini. Kesatuan Wujud (Wahdat al-Wujud) dari Sufisme berkenaan dengan tingkat realitas ini.
Otak… Konverter-gelombang dari keberadaan! Setiap individu menciptakan dunia holografiknya sendiri melalui konverter ini, dan setiap individu tinggal di dalam dunia holografiknya sendiri, sementara dia berpikir bahwa dia hidup dalam dimensi fisik eksterior (luar). Formasi ini lah yang dijelaskan secara rinci sebagai ayat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (Hanya kepadaMu kami mengabdi, dan kepadaMu kami mencari pertolongan) dari surat Al-Fatihah.
Ruh… totalitas dan pokok dari semua ‘makna’. Ini merupakan inti, esensi, dan ‘ruh’ dari setiap wujud. Ini juga merujuk kepada ‘kehidupan’ karena setiap bagian wujud memiliki hidup, dimana hidupnya adalah ilmunya. Sungguh, kehidupan dan ilmu merupakan atribut yang tak terpisahkan! Tingkat perwujudan ilmu merupakan refleksi dari tingkat kesadaran. ‘Makna’ dan nilai, dari setiap mahluk bergerak, tercerminkan melalui ruhnya. Berdasarkan pemahaman ini, kita dapat merujuk kepadanya sebagai ekspresi dimensi elektromagnetik kosmik, yang dalam Sufisme dikenal sebagai Ruh Agung (Ruh-ul Azam), Akal Pertama (Aqli Awwal) dan Realitas Muhammad (Haqiqat Muhammadiyyah). Perlu diingat bahwa istilah-istilah ini tidak merujuk kepada suatu obyek atau kepada seseorang, tetapi kepada realitas tertentu.
Allah… Potensial quantum layaknya sebuah ‘titik’ mengenai yang Esa yang bernama Allah. Satu titik di antara titik-titik lainnya yang jumlahnya tak terhingga! Satu titik refleksi dalam Ilmu AbsolutNya… Disposisi dari satu alam, dari satu Nama, dari tengah-tengah ‘dunia Nama-nama’ tanpa batas.
Yang Esa yang mengetahui Nama-namaNya dengan, dan melalui, Esensi AbsolutNya, dan ‘melihat’ KekuasaanNya pada Nama-namaNya! Yang Esa yang menyingkapkan-diri dan melihat realitasNya, dengan mewujudkan sifat-sifat unikNya melalui ciptaanNya.
Yang Esa yang menciptakan sang ‘Aku’ dan yang mengklaim ‘Akulah’ melalui setiap ‘Aku’ yang terwujud, namun pada saat yang sama jauh melampaui pengindera manapun atau untuk bisa terinderakan!
Yang Esa yang tak dapat dikandung dalam bentuk atau persepsi apapun. Mengingat realitas ini, kita hanya bisa mengucapkan: “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar).
Mengingat semua ini, mari kita lanjutkan topik mengenai jagat kita dan mengenai otak…
Sangat penting bagi kita untuk memahami bahwa otak kita menciptakan dunia holografik multi-dimensi dimana kita tinggal. Tapi bagaimana kita dapat berpikir bahwa kita berada di dunia luar sedangkan kenyataannya kita hidup dalam kepompong imajinasi kita?
Pertama-tama, apa sih sebenarnya mimpi ini, yang ada di dalam sebuah mimpi, di dalam dunia holografik ‘mirip-mimpi’ dan bagaimanakah ia dibangun dan disusun?
Dan bagaimanakah dunia dalam (batin) ini berinteraksi, jika demikian, dengan dunia luar?
Masing-masing kita berperan sebagai ‘raja’ atau ‘ratu’ di jagat kita sendiri; sedangkan orang lain sebagai figuran atau aktor dalam sandiwara kita! Peran-peran yang kita berikan kepada orang-orang dalam hidup kita bergantung pada ‘persepsi’ kita siapa mereka itu, berdasarkan pangkalan-data nilai-nilai yang ada sebelumnya yang kita miliki. Karenanya, kita tertawa dan menangis, kita bersedih dan bergembira dengan gambar-gambar terimajinasi ini yang kita akui ke dalam dunia imajinasi kita!
Seperti telah disebutkan di atas, otak merupakan konverter gelombang… Otak menerima gelombang tak-hingga (ruh) melalui kelima indera dan saluran lainnya, mengevaluasi dan dan menerjemahkannya menurut pangkalan-datanya, kemudian menilainya dan memproyeksikan penilaian ini kepada imajinasinya! Sebagaimana TV mengubah gelombang yang diterimanya menjadi gambar-gambar pada layar kaca. Karenanya, sejak usia yang sangat muda, kita terus menyusun dan menyusun-ulang jagat multi-dimensi di dalam otak kita, dan berpikiran selama itu bahwa kita hidup di dunia luar.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa apa yang kita kira lihat, dengar, cium, dan kita rasa dengan lidah dan kulit sebenarnya merupakan beragam frekuensi gelombang yang sampai ke otak kita dan diubah menjadi panjang gelombang tertentu yang kita definisikan sebagai ‘penglihatan’ atau ‘penciuman’ dll, dan karenanya membentuk dimensi holografik multi-dimensi dimana kesadaran tinggal!
Pendeknya, masing-masing kita hidup di dalam dunia imajinasi unik kita dan akan terus demikian tanpa batas!
Apa yang kita persepsikan dan keluarkan sebagai ‘pandangan’, berdasarkan data yang kita terima dari orang atau obyek di sekitar kita, bukan lain adalah sebuah ‘instans’ (peristiwa sesaat, atau perwakilan dalam istilah komputer grafis, pen) dari wujudnya. Serupa dengan kerangka (frames) dari gambar-gambar dalam sebuah filem, penglihatan yang kita asumsikan sebenarnya berdasarkan data yang kita terima dan ubah menurut pangkalan-data kita, dari satu kerangka diam!
Dengan menyusun gambar-gambar ini dari beragam instans secara berdampingan satu sama lain, kita menyusun album-album dan album-album foto dan menghabiskan hidup kita dengan membuka lembarannya satu demi satu!
Ketika kematian, otak tidak lagi menerima data yang masuk, karena kabelnya telah ‘dicabut’ dan terputus dari dimensi gelombang-gelombang ini. Ketika kita berpindah ke bidang wujud berikutnya, alam Akhirat, album-album ini dikumpulkan selama kehidupan kita di bumi dan satu-satunya perbekalan yang dapat kita bawa dalam perjalanan. Pada akhirnya, kita akan memulai hidup baru pada dimensi yang baru, dan proses konversi data yang sama akan berulang menggunakan sinyal-sinyal yang diterima dari bentuk kehidupan dimensi ini sebagai masukan, dan album-album yang ada yang kita miliki sebagai pangkalan-datanya!
Otak memberikan instans yang sangat berdayaguna sebagai data primer dan menciptakan semacam memori tersembunyi (cache memory) untuk akses ke depan yang cepat. Ini serupa dengan cara komputer kita mengingat halaman yang dikunjungi sebelumnya dari memori cache. Seperti itulah adanya, setiap kita menghadapi hal yang ‘ditafsirkan’ sebelumnya, baik itu mengenai seseorang, benda ataupun keadaan, otak kita secara otomastis memunculkan ‘ingatan’ yang paling populer dari hal tersebut. Dengan segera, kita akan mulai menafsirkan dan ‘menilai’ dan bahkan mengalami emosi-emosi tertentu, semuanya berdasarkan pada beberapa informasi yang disimpan di masa lampau! Bentuk evaluasi prakondisi ini adalah bentuk halangan terbesar pada perkembangan seseorang.
Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan kita mengenai hal ini dengan perkataan:
“Jika engkau tidak bertemu seseorang selama setahun, ketahuilah bahwa orang yang kau temui hari ini bukanlah orang yang kau temui setahun yang lalu!”
Karena alasan inilah kita harus terus menjernihkan pengkondisian yang ditetapkan sebelumnya – menghapus ‘cache memory’ kita – sehingga kita dapat mengevaluasi ulang setiap keadaan, sesuai dengan masukan data terkini.
Walau nampak sebagai segumpal daging dengan infrastruktur berbasis-neuron, otak sebenarnya asalah massa frekuensi yang belum difahami dan terpecahkan sepenuhnya oleh tingkat pengetahuan ilmiah terkini sekalipun. Mengingat hal ini, kami merujuk pada jaringan gelombang rumit ini sebagai ‘RUH’ dan esensinya sebagai ‘Cahaya’ (Nur). Nur adalah ilmu, ia adalah ‘data’. Ia laksana paket ‘makna’ tanpa akhir dan abadi. Inilah sebabnya dikatakan bahwa “kita akan merasakan kematian’, bukannya ‘berhenti ada’!
Mari ingat kembali bahwa seseorang, di hadapan kita, juga hidup dalam dunia kepompongnya, atau dengan kata lain, dalam jagat holografik multi-dimensi mereka. Ketika otak kita mengubah gelombang-gelombang data dari kejadian yang berhubungan dengan keberadaan fisiknya, dia mengambil tempat di dunia holografik kita dan kita mengira bahwa orang tersebut ‘ada’! Namun kenyataannya, kita ‘mendefinisikan’ keberadaannya, karakternya, perannya dan bahkan pengaruhnya terhadap kehidupan kita!
Inilah mengapa para master Sufi besar merujuk kepada kehidupan ini sebagai ‘mimpi’, dan mengenai ini mengatakan, “Kita datang sendirian, hidup sendirian, dan mati sendirian”.
Beberapa dari kita terkungkung dalam kepompong (dunia holografik multi-dimensi) yang menyerupai istana, sementara yang lainnya hidup di tempat kumuh; beberapa dari kita menghiasi rumah kita (otak) dengan koleksi berharga, sementara yang lainnya mengumpulkan sampah. Beberapa dari kita bahkan tak memiliki rumah dan dipanggil dengan sebutan ‘tuna-wisma’ (atau plesetannya ‘tak-berotak’).
Jagat holografik kita adalah dunia yang akan kita tempati untuk selamanya. Bagaimana kita menafsirkan instans gelombang data yang kita terima, siapa dan apa yang kita akui kedalam dunia kita dan dimana kita menempatkan mereka apakah akan menciptakan surga, atau neraka kita.
Instans dari gelombang data yang sampai ke otak kita akan dievaluasi dan didasarkan pada ‘sampah’ yang kita bawa ke dalam rumah kita, atau didasarkan pada rumah baru yang kita bangun dengan bimbingan sistem universal ‘Sunnatullah’. Dunia, alam antara, kebangkitan, surga dan neraka, semuanya dialami di dalam, dan semuanya dibentuk oleh, penafsiran dan penilaian pribadi kita.
Pada saat kematian, setelah otak ‘dimatikan’ dan berhenti berfungsi dalam bentuk ‘daging’nya, ‘system reboot’ akan terjadi dan hidup kita akan berlanjut dengan cadangan (back-up) dari otak astral (gelombang) kita. Karenanya, kami melihatnya penting untuk membuat back-up dengan ilmu yang kokoh dan bermanfaat!
Segala sesuatu yang diuraikan dalam Al-Qur’an dan oleh Nabi Muhammad SAW adalah realitas dan akan hidup! Hal yang penting adalah memecahkan arti dari ayat-ayat ini dengan benar, tanpa salah menafsirkannya atau mengambilnya secara harfiyah. Sebagai contoh, Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa manusia akan dibangkitkan (diciptakan kembali) dari tulang ekornya di akhirat. Menafsirkan sabda ini sebagai kebangkitan fisik tubuh yang terbuat dari daging dan tulang adalah sebuah kejahilan. Jelas sekali bahwa ini adalah sebuah metafora untuk menunjukkan bahwa suatu ‘bentuk kehidupan’ akan berlanjut setelah kematian. Contoh lain misalnya, beliau mengatakan “matahari akan muncul dalam jarak satu mil dari bumi”. Hal ini sesuai dengan pemahaman ilmiah dewasa ini bahwa pada akhirnya matahari akan menelan bumi, dan bumi akan menguap.
Umat Islam bahkan salah memahami ayat yang berkaitan dengan ‘ruh’. Ketika para ulama Yahudi menanyakan tentang ruh kepada Nabi Muhammad SAW, sebuah ayat diwahyukan sebagai jawabannya, dengan menyatakan “Sedikit yang telah dibukakan kepada kalian tentang ruh”. Ayat ini berbicara kepada para ulama Yahudi, mengatakan kepada mereka bahwa ‘sedikit atau tak ada pengetahuan’, mengenai ruh, yang diberikan kepada umat Yahudi. Sungguh, ada informasi yang cukup banyak mengenai ruh di dalam Islam, seperti yang dikatakan Ghazali:
“Seseorang yang hampa dari pengetahuan ruh tak kan dapat mencapai pencerahan.”
Ruh kita adalah keberadaan kita sebenarnya! Ia adalah dunia kita. Nabi Muhammad SAW mengatakan:
“Ruhmu adalah tubuhmu dan tubuhmu adalah ruhmu.”
Kita adalah apa yang kita persepsikan!
Namun …
Dalam diri kita juga terdapat potensi kekhalifahan, yang telah kita abaikan! Kita menjadi tidak sadar lagi terhadap gerbang yang ini, yang membuka kepada dimensi ekspansi elektromagnetik kosmik kita!
Jika kita membentuk dan mengisi dunia kita dengan kemakmuran yang menanti kita di balik gerbang kekhalifahan (sifat-sifat dari dimensi Nama-nama), maka dunia kita akan berubah bentuk menjadi surga dan pada akhirnya akan bersatu dengan Allah. Ayat berikut merujuk kepada pemurnian dunia seseorang, yakni persepsinya!
“Sungguh beruntung orang yang membersihkan diri” [Qur’an 87:14]
Kita merajut dunia kepompong kita, bukan hanya dengan informasi genetik warisan namun juga dengan semua pengkondisian yang kita terima selama hidup kita. Pangkalan-data kita sepenuhnya ‘berdasarkan’ pada nilai-nilai prakondisi ini, yang menyalurkan dan membentuk hidup kita, untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk!
Pendek kata, hidup kita semata-mata berdasarkan pada dunia luar. Kita tak pernah benar-benar menyadari bahwa hidup kita dihabiskan dalam kepompong yang kita rajut sendiri, dan bukan di dunia luar!
Walaupun kita mengalami contoh keberadaan seperti-kepompong di setiap malam ketika pergi tidur, kita tidak mengenali atau memikirkannya! Dalam tidur, kita sama sekali sendiri, tak ada teman, meski mungkin berbaring di samping kita, tak ada anak, di ruang sebelah, tak ada siapapun bersama kita!
Ketika kita mengalami kematian dan berpindah ke wujud non-materi, semua kesan saat itu juga ditinggal, termasuk orang-orang dan benda-benda. Kita melangkah sendiri dalam perjalanan kita, hanya membawa pengkondisian dan persepsi kita.
Tujuannya adalah membersihkan pikiran kita dari penilaian yang ditetapkan sebelumnya, berdasarkan gelombang data instans-instans, dan merenovasi dunia-dunia holografik kita dengan bahan yang penting, sedemikian rupa sehingga berubah dari rumah kumuh menjadi sebuah istana yang pantas bagi seorang sultan.
Seorang sultan adalah orang yang hidup sesuai dengan Nama-nama Allah, seorang khalifah!
Seseorang yang dapat memecahkan kepompongnya akan beruntung dan dipromosikan ke dimensi ekspansi elektromagnetik kosmik sebagai teman Allah (waliyy), dimana dunianya akan ‘seperti-surga’.
Nabi Muhammad SAW mengatakan:
“Di surga, masing-masing orang akan memiliki dunianya sendiri, yang terkecil darinya 10 kali lebih besar dari bumi, dan kepada mereka dikatakan: ‘Berharaplah pada apa yang engkau inginkan, karena keinginanmu akan dikabulkan!’”
Dengan kata lain, tiap-tiap orang akan menjadi sultan dari dunianya sendiri.
Bagi mereka yang memilih hidup di tempat kumuh, yakni yang tidak mengembangkan otaknya dan hanya mengisinya dengan sampah, akan menerima akibatnya selama-lamanya!
Maka gunakanlah otak Anda dan amati serta evaluasi kebenaran secara ilmiah atau patuhlah kepada jalan yang dicontohkan Nabi muhammad SAW untuk Anda – karena tidak ada yang lain yang dapat menyelamatkan.

HAKIKAT KEHIDUPAN

0 Comments
HAKIKAT KEHIDUPAN

Kita hidup di dalam dunia kepompong kita. Namun kita berpikir bahwa kepompong kita merupakan dunia nyata!
Seandainya Anda bertanya kepada seseorang, “Dimanakah Anda tinggal sekarang?” mereka akan mengatakan kepada Anda sebuah tempat di muka bumi. Seandainya Anda mengatakan, “Jadi Anda berasal dari ruang angkasa?” mereka akan berkata, “Mengapa bertanya seperti itu, tentu saja tidak. Saya dari bumi!” Tapi dimanakah letak bumi? Berbicara secara realistik, kita hanyalah setitik debu di alam semesta, bagian yang tak hingga kecilnya dari ruang angkasa. Tapi, karena pengkondisian-pengkondisian di sepanjang usia kita, kita lebih meyakini bahwa kita tinggal di dunia yang tetap dimana matahari dan alam semesta berputar di sekitar kita, bukannya mengakui bahwa kita berada di ruang angkasa yang luasnya tak terhingga! Meskipun temuan-temuan sains moderen terus bertambah, kita masih tidak menyadari Kebenaran-kebenaran tertentu!
“Kita dari bumi!” begitulah kita mengatakannya.
Seandainya Anda ditanya usia Anda, Anda akan menjawab dengan sebuah angka: tigapuluh, empatpuluh, limapuluh… Tapi benarkah itu usia Anda? Mengacu kepada apakah angka-angka itu diterapkan?
Bumi berputar mengitari matahari pada jarak sekitar 150 juta km, yakni sekitar 1.333.000 kali lebih besar dibanding ukuran bumi kita. Ketika bumi mengitari matahari sebanyak 30 kali, kita mengatakan bahwa usia kita 30 tahun. Dengan kata lain, kita bermaksud mengatakan, “Sejak saya lahir, bumi telah berputar mengelilingi matahari sebanyak 30 kali.” Demikianlah kita ‘mengukur’ usia kita.
...


FITUR-FITUR AGUNG YANG SEMPURNA DARI NAMA-NAMA ALLAH

0 Comments

FITUR-FITUR AGUNG YANG SEMPURNA DARI NAMA-NAMA ALLAH (ASMAUL HUSNA)

B’ismi Allahi ar-Rahmani ar-Rahim... Allah itu, yang menciptakanku dengan Nama-namaNya (fitur-fitur agung yang sempurna), Rahman lagi Rahim!
Mari kita menyimak fakta bahwa sebuah ‘nama’ hanya digunakan untuk merujuk kepada sebuah obyek atau fitur. Sebuah nama tidak akan menerangkan apa yang dirujuknya secara lengkap, tapi sekedar menyinggung sebuah identitas; atau sebuah sifat dari suatu identitas. Kadang-kala, sebuah nama digunakan hanya untuk menyalurkan perhatian kepada beragam fitur, tanpa menyingkapkan apapun mengenai identitasnya.
Dalam hal Nama-nama Allah, mari kita renungkan hal-hal berikut ini: Apakah Nama-nama Allah merupakan sekumpulan jabatan yang mewah dari Tuhan di luar sana? Ataukah merupakan rujukan-rujukan kepada sifat-sifat penciptaan dari Allah (yang arti dan pengkondisiannya mewujud!) yang dengannya keseluruhan kosmos yang kita kenal dan segala sesuatu di dalamnya mewujud dari ketiadaan kepada wujud bayangan?
Setelah realitas ini difahami sepenuhnya, kita bisa mulai membahas mengenai Nama-nama Allah.
Al-Qur’an, yang telah disampaikan sebagai Dzikr, yakni ‘pengingat akan realitas esensial manusia’, sebenarnya merupakan penyingkapan Nama-nama untuk menjelaskan secara rinci ‘Uluhiyyah’. Ia adalah Totalitas Nama-nama (semua Nama-nama yang telah diberitahukan kepada kita dan yang menyusun keberadaan kita) yang telah dianugerahkan kepada manusia dan yang telah dianjurkan kepada manusia untuk mengingatnya! Sebagiannya telah diungkap di dalam Al-Qur’an dan sebagian lagi diungkapkan oleh Rasul Allah. Orang tidak pernah bisa mengatakan bahwa nama-nama yang merujuk kepada Allah hanya sebatas 99 nama. Sebagai contohnya... Ada banyak nama, seperti Rabb, Mawla, Karib dan Khallaq, yang disebutkan di dalam Al-Qur’an tapi tidak termasuk kedalam 99 Nama-nama. Nama Murid, yang berkenaan dengan ‘kehendak’ (yakni, Dia melakukan sesuai kehendakNya) di sebut di dalam ayat ‘yaf’alu ma yurid’, juga tidak termasuk di antara ke99 Nama-nama. Sebaliknya, nama-nama Jalil, Wajid dan Majid termasuk kedalam 99 Nama-nama itu, tapi tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an. Karenanya, keliru jika kita membatasi Nama-nama Allah sebatas 99, ketika Dimensi Nama-nama menunjuk kepada potensial kuantum tak-hingga, yang melibatkan tindakan melihat Ilmu Allah. Manusia diberi Nama-nama ini sebagai peringatan akan hakikat sejati diri mereka. Mungkin, pada saat seseorang ingat dan hidup sesuai dengan realitas esensial mereka, lebih banyak lagi Nama-nama yang akan disingkapkan kepadanya. Juga, kita bisa mengatakan bahwa surga mengarah kepada kebenaran ini juga, sementara kita bahkan tidak mengetahui Nama-nama yang berkenaan dengan dan menyusun jagat di dalam jagat dari keberadaan tak-terhingga!
Orang-orang yang tercerahkan (Ulul Albab) telah menggunakan frase ‘wujud bayangan’ untuk mengartikan bahwa ‘benda-benda yang kita lihat sebenarnya tidak ada dengan sendirinya, melainkan sebagai komposisi Nama-nama yang mewujud menurut mereka yang menginderanya’.
Bahkan sebenarnya, frase ‘komposisi-komposisi Nama’ merupakan kiasan, semata untuk beradaptasi kepada pandangan mendua dari Satu realitas. Realitas absolut adalah melihat ‘kerangka tunggal multi-dimensi’ oleh yang Esa yang ‘mewujudkan DiriNya di setiap saat dengan cara lain yang menakjubkan’. (Al-Qur’an 55:29) Apa yang kita rujuk sebagai ‘komposisi-komposisi Nama’ hanyalah seperti satu torehan kuas pada lukisan yang sangat indah ini.
Karena mempunyai nama, semua benda yang nampak seolah memiliki keberadaan individu yang terpisah. Padahal, karena tidak ada Tuhan di luar sana, apa yang sebenarnya terlihat sebagai obyek yang ada, pada hakikatnya hanyalah Nama-nama (fitur-fitur) Allah yang mewujud.
Mengingat hal ini, yang Esa yang ditunjuk oleh Nama-nama itu tidak dapat dibagi-bagi atau dipecah-pecah kedalam bagian-bagian, ia tidak tersusun dari komponen-komponen, ia bahkan jauh di luar konsep seperti ‘yang Esa yang absolut’, ‘tak-dapat dibatasi’, ‘tak-hingga’ dan lain-lain. Ia adalah ‘Ahad-ush-Shamad’ (yang Esa yang Mencukupi DiriNya Sendiri secara Absolut) dan hanya disebutkan dengan cara ini sekali saja di dalam Al-Qur’an! Allah, HU, selain Dia yang lain tiada! Ilmu ini tidak dapat difahami manusia kecuali disingkapkan atau diilhamkan dari langit dan dilihat didalam kesadaran seseorang! Pikiran, logika dan penilaian tidak akan berhasil di sini. Dia yang berusaha mengakali realitas ini hanya akan tersesat. Realitas ini tidak terpampang untuk diperdebatkan! Setiap pemaksaan ke arah itu hanya akan mengungkapkan kejahilan! Ini adalah realitas yang berkaitan dengan perkataan Jibril: “Jika aku maju selangkah lagi, aku akan terbakar”!
Harus disadari bahwa Nama-nama Allah menunjuk kepada fitur dari ilmuNya, bukan pikiranNya, karena ini tidak dapat dibayangkan. Pikiran adalah sebuah fungsi dari otak yang dirancang untuk menciptakan dunia keserbaragaman. Pada intinya, bahkan frase ‘Akal Universal’ (Aql-i kull) dan ‘Akal Pertama’ (Aql-i awwal) adalah konsep relatif dan digunakan secara kiasan untuk menunjuk kepada sistem yang dengannya sifat dari ilmu disingkapkan.
Akal Universal merujuk kepada dimensi ilmu yang hadir di kedalaman semua mahluk, di dalam esensi seseorang. Ini juga merupakan sumber dari pewahyuan.
Akal Pertama, di sisi lain, adalah frase yang dibuat untuk pikiran yang baru mengenal, untuk menggambarkan dimensi ilmu yang hadir dalam manifestasi (sya’an) Nama-nama.
‘Dimensi-dimensi tindakan’ (af’al) hanyalah pengungkapan Dimensi nama-nama yang ‘mewujudkan dirinya di setiap saat dengan cara lain yang menakjubkan! Dunia material sebagaimana yang kita kenal adalah bidang quantal ini, walaupun beragam persepsi menuntun kepada asumsi bahwa ia merupakan dimensi yang berbeda.
Yang Esa yang melihat, yang dilihat dan penglihatan, semuanya adalah SATU! ‘Anggurnya surga’ dimaksudkan kepada pengalaman ini. Orang yang terperangkap dalam persepsi keserbaragaman tidak memiliki kesempatan kecuali sibuk dengan obrolan mengenai ilmu ini, tanpa mengalami realitasnya.
Adapun mengenai Tindakan-tindakan, aktivitas-aktivitas, keserbaragaman dan apa yang kita persepsikan sebagai dunia jasmani... Keberadaan hanyalah milik dari apa yang ditunjuk sebagai Dimensi Nama-nama.
‘Melihat ilmu dalam ilmu dengan ilmu’ menandai bahwa pengungkapan sebenarnya dari Nama-nama merupakan tindakan melihat. Dari sudut pandang ini, semua bentuk diciptakan dan dilihat dalam ilmu. Karenanya telah dikatakan ‘seluruh alam (atau ciptaan) bahkan belum mencium baunya keberadaan’. Di sini, bagian merupakan yang melihat, dan keseluruhan adalah yang dilihat!
Kekuatan (kuwwa) yang berkenaan dengan Nama-nama dirujuk sebagai malaikat-malaikat, yang pada hakikatnya menyusun realitas manusia. Orang yang telah melihat realitas dirinya dikatakan telah ‘menyatu dengan Rabb mereka’! Ketika keadaan ini telah dicapai, dan kemudian tidak berlanjut, rasa sakit yang dihasilkannya dikatakan sebagai penderitaan neraka yang berat! Ini adalah ranah Kekuasaan (Qudrah) dan perintah Jadilah (kun)! berasal dari sini; ini adalah dimensi ilmu, dimana pikiran dan fungsinya sama sekali tidak berlaku! Ini adalah esensi dari tataran hikmah! Hanya kesadaran lah yang dapat berpartisipasi aktif di tataran hikmah, sedangkan pikiran hanya bisa mengawasi aktivitas yang terjadi!
Dimensi Tindakan-tindakan (af’al) dibandingkan dengan latar ini (dimensi Kekuasaan) secara keseluruhannya merupakan hal keberadaan holografik (bayangan). Semua aktivitas dari keseluruhan ragam jagat paralel dan semua penghuninya, yakni sumber daya alami, tumbuh-tumbuhan, mahluk melata (humanoid) dan jin, diatur oleh Mala-i A’la (Majelis Tinggi para malaikat) di latar ini, bergantung pada kemampuan persepsi dari yang melihatnya.
Rasul-rasul dan para penerusnya, para wali, bagaikan ekspresi vokal dari Mala-i A’la, yakni kekuatan (potensi) dari Nama-nama di muka bumi! Dan semua bagian dari penglihatan ini terjadi dalam dimensi Ilmu! Esensi dari manusia, dalam pengertian ini, bersifat malaikati dan diajak untuk mengingat sifat malaikatnya dan hidup sesuai dengannya. Ini adalah topik yang dalam dan sulit... Mereka yang tidak akrab dengan ilmu ini bisa saja memandang perkataan saya mengenai penglihatan yang terjadi dari beragam dimensi agak bertentangan. Namun demikian, realitas yang saya alami ketika saya berusia 21 tahun di tahun 1966, yang telah saya tuliskan dalam buku saya Pewahyuan, telah teruji berulang kali selama 45 tahun berikutnya, dan saya telah berbagi tentang semuanya tanpa mengharapkan balasan dalam bentuk apapun. Ilmu yang saya bukakan kepada khalayak umum bukanlah ilmu warisan melainkan berkat langsung dari Allah yang saya syukuri selama-lamanya! Oleh karenanya, tidak ada pertentangan di dalam kata-kata saya. Jika orang melihatnya demikian (ada pertentangan), mungkin karena ketidakmampuan untuk bisa terhubung dengan benar, karena pangkalan-datanya tidak memadai.
Jadi, jika ini adalah realitas sebagaimana yang saya lihat, bagaimanakah semestinya topik Nama-nama Allah didekati (difahami)?
Nama-nama Allah pada mulanya dinyatakan melalui kesadaran murni (pewahyuan) tanpa campur-tangan kesadaran seseorang, yang berusaha mengevaluasinya dikemudian waktu. Nama-nama merupakan fitur-fitur universal kosmik (bukan dalam artian galaktik).
Nama-nama Yang Paling Indah adalah kepunyaan Allah. Fitur-fitur struktural yang ditunjuknya berkenaan dengan yang Esa yang Mencukupi-DiriNya Sendiri secara Absolut. Nama-nama mendahului potensial quantum di luar ruang dan waktu; Nama-nama menyatakan maksudnya. Oleh karenanya, Nama-nama beserta maknanya adalah kepunyaan Allah semata dan bebas dari terkondisikan oleh konsep-konsep manusia.
“Maha Tinggi (Subhan – di luar jangkauan) Allah dari apa yang mereka sifatkan kepadaNya.” (Al-Qur’an 23:91)
“Dan kepunyaan Allah lah Nama-nama Yang Paling Indah, maka memohonlah kepadaNya melalui makna-makna dari Nama-namaNya. Dan tinggalkanlah kumpulan orang-orang yang melakukan penyimpangan (terperosok kedalam dualitas) terhadap Nama-namaNya. Mereka akan dibalas atas apa yang telah mereka perbuat.” (Quran 7:180)
Yakni, tinggalkanlah kumpulan oraang-orang yang membatasi Nama-nama dengan nilai-nilai manusiawi mereka, dan gagal mengenal realitas dari Nama-nama Yang Indah dan tidak mengenal Allah dari sudut Akbariyyah-Nya!
“Dan berimanlah (teguhkan) kepada (Nama-nama) Yang Paling Indah (sebagai realitas esensialnya), Kami akan mudahkan dia kepada kemudahan.” (Al-Qur’an 92:6-7)
Bahkan akibat-akibat dari kebaikan berhubungan dengan Nama-nama:
“Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan (ihsan) adalah (Nama-nama) Yang Indah dan (kesenangan) yang lebih. Tidak ada kegelapan (egotisme) yang menutupi wajah mereka (kesadaran), atau kehinaan (yang dihasilkan dari penyimpangan terhadap esensi seseorang). Mereka adalah para penghuni Surga; mereka akan tinggal di dalamnya selama-lamanya.” (Al-Qur’an 10:26)
Esensi Absolut (dzat) Allah tidak dapat diserupakan dengan wujud apapun. Dengan keagunganNya (Akbariyyah) Dia terbebas dari terbatasi atau terkondisikan oleh ciptaanNya atau sifat-sifat yang ditunjuk oleh Nama-namaNya, yang menyusun satu titik di antara titik-titik lain yang tak-hingga. Dengan kata lain, apa yang dirujuk sebagai Dimensi Nama-nama adalah seperti kerangka tunggal holografik multidimensi. Dan, meskipun pada kenyataannya hal itu dipersepsikan sebagai alam keserbaragaman, alam tindakan ini pada hakikatnya merupakan medan keberadaan padu yang diciptakan dengan fitur-fitur kompositional di dalam ilmuNya.
Untuk merangkum, sebelum melanjutkan lebih jauh...
Fitur-fitur dan sifat-sifat yang kita miliki melalui penyingkapan sebagai Nama-nama Allah (tunggal alami) sejatinya merupakan komposisi-komposisi struktural yang mewujudkan totalitas dari semua dimensi universal, dari ketiadaan kepada keberadaan bayangan (holografik) ini. Realitas ini, yang ingin diketahui manusia, jauh di luar jangkauan orang-orang yang keji dan jahil.
Dimensi Nama-nama adalah ‘sifat-sifat dan fitur-fitur agung yang sempurna’ dengan semua sub-sub dimensinya dan wujud-dalamnya!
Sekarang, mari kita renungkan tentang dunia yang dipersepsikan oleh manusia... kemudian “mengalihkan pandangan kita ke langit dan mengamatinya” sebagaimana Al-Qur’an menyatakannya, tanpa pandangan dogmatik dan fanatik, dengan pemahaman universalitas yang dibentuk oleh ilmu yang cakap!
Sebesar apakah nilai dunia berdasarkan persepsi mini kita dibanding dengan kebesaran, keagungan dan kesempurnaan jagat-raya ini?
Saya berharap, dengan mengingat hal ini, kita bisa mendekati Nama-nama Allah dengan kesadaran bahwa penyingkapan mereka bergantung kepada pembersihan kesadaran individu (berdasarkan persepsinya yang terbatas dan konsepsi Kitab Ilmu) dan bahwa dampak-dampak mereka berkenaan dengan keseluruhan kosmos, terus-menerus mewujudkan makna-makna dan ekspresi-ekspresi baru.
Pada kesempatan ini saya ingin pula menyatakan kerisauan saya. Saya tidak merasa yakin bahwa ilmu yang saya sajikan kepada umum melalui artikel-artikel terdahulu telah difahami dengan benar. Mesti saya nyatakan lagi bahwa makna-makna, fitur-fitur dan sifat-sifat yang ditunjuk oleh Nama-nama Allah hanyalah sebuah titk di antara titik-titik yang lain dalam pandangan Allah. Juga bahwa, potensial quantum yang yang dinyatakan sebagai Realitas Muhammad atau Malaikat yang dinamai Ruh bukan hanya pra-kekal (qadim) dan pos-kekal (baqa), melainkan juga merupakan realitas yang saya rujuk sebagai gambaran ‘kerangka tunggal multi-dimensi’! Karena hal ini belum difahami dengan baik, Allah masih dipandang sebagai Tuhan yang satu di atas sana! Sedangkan seluruh penglihatan dan semua yang telah diartikulasikan hanya berkenaan dengan satu titik: Allah hanyalah Allah, Allah itu Akbar! Subhana min tanzihiy (HU jauh dari bisa dibandingkan)!
Harap disadari bahwa apa yang saya tulis dan yang dengannya saya berbagi dengan Anda tidak bisa diambil sebagai kesimpulan akhir; pada kenyataannya, ia hanyalah sebuah pengantar! Mustahil untuk mengungkapkannya secara terbuka melalui publikasi mengenai perkara-perkara yang lebih dalam dari ini. Walaupun begitu, orang—orang yang menapaki jalan ini akan merasakan bahwa apa yang telah kami ungkapkan ini belum pernah ada yang membahasnya serinci dan seterbuka seperti ini sebelumnya. Ini merupakan topik yang sensitif karena pembaca dapat terperosok kedalam pemahaman yang keliru, baik itu berupa Tuhan eksternal atau bahkan lebih buruk lagi, membatasi realitas diri layaknya Fir’aun dengan ke’Aku’annya dan diri jasmani dengan sifat hewaninya!
Saya telah mencoba menyoroti topik Nama-nama (al-Asma). Sekarang, mari kita melihat kepada fitur-fitur dan sifat-sifat yang ditunjuk oleh Nama-nama agung yang sempurna ini (al-Husna)... Dengan kata-kata yang sesederhana mungkin tentunya...
SISTEM PEMICU
Semua fitur dan sifat yang berkenaan dengan Nama-nama secara keseluruhan hadir di setiap titik perwujudan! Namun demikian, bergantung kepada manifestasi yang diinginkan, sebagian sifat-sifat mendahului sifat-sifat lainnya, seperti halnya saluran pada sebuah equalizer, untuk menyusun formasi khususnya. Juga, fitur—fitur yang ditunjuk oleh Nama-nama tertentu secara alami dan secara otomatis memicu ekspresiekspresi Nama-nama tertentu lainnya, untuk menimbulkan manifestasi yang baru. Sistem ini dikenal sebagai ‘Sunnatullah’ dan mencakup hukum-hukum universal Allah (atau menurut orang-orang yang mempunyai persepsi terbatas dikatakan sebagai hukum-hukum alam) dan mekanika dari sistemNya.
Ini merupakan mekanisme agung yang tidak dapat diuraikan; semua mahluk mulai dari pra-kekal (awal, qadim) hingga pos-kekal (akhir, baqa) hidup dengan semua dimensi-antara dan dimensi batin serta dengan semua unit-unit yang dapat dilihat di dalam sistem ini!
Semua pikiran dan tindakan yang muncul dari kesadaran, apakah melalui alam semesta atau dunia seseorang, semuanya terbentuk di dalam dan sesuai dengan sistem ini.
Pendeknya, kita bisa merujuk kepada mekanisme ini, dimana fitur-fitur Nama-nama memicu satu sama lain, sebagai sistem pemicu.
Seperti telah saya peringatkan sebelumnya, pikirkanlah seluruh universalitas keberadaan (yang pada hakikatnya SATU) sebagai latar/bidang manifestasi dari Nama-nama ini. Sistem pemicu berlaku pada setiap kejadian persepsi oleh perseptor di setiap latar/bidang keberadaan didalam universalitas ini. Karena seluruh urutan dari fitur-fitur tertentu yang memicu fitr-fitur lainnya merupakan sesuatu yang dikenal, dikatakan bahwa ilmu pra-kekal (qadim) dan pos-kekal (baqa) dari segala sesuatu yang telah dan akan terjadi di setiap saat ada di dalam ilmu Allah!
Ayat-ayat berikut, serta Nama Hasib, menyinggung kepada sistem pemicu ini:
“...Baik kalian tunjukkan apa yang ada di dalam kesadaran kalian (pikiran-pikiran kalian) atau kalian menyembunyikannya, Allah akan meminta pertanggung-jawaban kalian mengenainya dengan Nama Hasib...” (Al-Qur’an 2:284)
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat iota, dia akan melihatnya.” (Al-Qur’an 99:7)
Pada akhirnya, akibat dari suatu tindakan atau pikiran dialami di dalam sistem ini. Inilah mengapa setiap pikiran dan tindakan kebersyukuran ataupun ketidak-bersyukuran yang kita lewati di masa lalu pasti akan mengejar kita, atau mengikat kita di masa depan. Jika seseorang merenungkan hal ini, banyak pintu akan terbuka dan rahasia-rahasia akan tersingkap dengan sendirinya. Misteri takdir juga berkaitan dengan mekanisme ini!
Sekarang, mari kita mengikuti Nama-nama yang nampak seperti rambu-rambu ini, untuk menemukan tataran rahasia yang ditunjuknya:
ALLAH
ALLAH... Nama tersebut... Menunjuk kepada Uluhiyyah!
Uluhiyyah mencakup dua realitas. HU yang menunjuk kepada Esensi Absolut (dzat) dan alam titik-titik tak hingga dimana setiap titik tunggal dibentuk oleh tindakan melihat ilmu dengan ilmu. Tindakan melihat ini sedemikian rupa sehingga masing-masing titik mewakili komposisi Nama individual.
Mengacu pada esensi absolutNya, Allah adalah yang lain dari, namun dari sudut pandang Nama-namaNya, sama dengan wujud yang ditimbulkan (sy’ay), namun demikian jauh diluar jangkauan (Ghani) alam-alam dan keserupaan apapun! Inilah mengapa Allah, yang menciptakan keberadaan yang ditimbulkan (sy’ay) dan tindakan-tindakan dengan Nama-namaNya, menggunakan kata ganti ‘Kami’ di dalam Al-Qur’an. Karena, pada hakikatnya, wujud yang ditimbulkan ini (segala ciptaan) bukan yang lain dari Allah! Harap dicatat bahwa yang kami maksud dengan wujud yang ditimbulkan (sy’ay) merujuk kepada Dimensi Nama-nama yang menyusun wujud. Kita dapat merenungkan esensi ciptaan dan keberadaan, namun kita tidak dapat merenungkan Esensi Absolut Allah. Tidak dapat dijangkau pikiran dan tidak layak; sungguh, benar-benar mustahil! Karena sesuatu yang diciptakan dengan ekspresi Nama-nama Allah tidak akan dapat memahami sepenuhnya Esensi Abolut dari Allah! Bahkan jika ilmu ini disingkapkan dengan ilham ilahi – yang sama sekali mustahil – tidak terjangkau akal. Inilah mengapa dikatakan bahwa ‘jalan dari perburuan ini berakhir di ketiadaan.’
HU
HU Allahulladziy la ilaha illa HU!
Baik melalui pewahyuan ataupun melalui kesadaran, HU merupakan esensi batin dari realitas segala sesuatu yang dilihat... Sedemikian rupa sehingga, sebagai refleksi dari Akbariyyah, pada awalnya terpesona kemudian dialami ketiadaan dan, sampai di situ, Realitas dari HU tidak pernah dapat dicapai! Penglihatan tidak dapat mencapai HU! HU menunjuk kepada kekaburan dan ketakterfahaman absolut! Pada kenyataannya, semua nama di dalam Al-Qur’an, termasuk nama Allah, disebutkan dalam hubungannya dengan HU!
“HU ALLAH itu AHAD.”
“HU itu RAHMAN lagi RAHIM.”
“HU itu AWWAL, AKHIR, ZAHIR dan BATIN.”
HU itu ‘ALIY lagi ‘AZHIM.”
“HU itu SAMI’ lagi BASHIR.’
Dan juga tiga ayat terakhir dari Surat Al-Hashr...
Juga penting untuk dicatat bahwa menggunakan HU sebagai awal kata (prefix) dari Nama-nama lainnya, pertama-tama adalah untuk menyatakan ketiadabandingan (tanzih) dan kemudian untuk menunjuk kepada keserupaan (tashbih) berkenaan dengan Nama yang bersangkutan. Hal ini mesti diingat setiap saat.
AR-RAHMAN
Ar-Rahman menandai materialisasi esensi dari setiap iota dengan Nama-nama Allah di dalam ilmuNya. Dalam istilah moderen, ia menunjuk kepada potensial quantum. Ia merupakan potensi dari sumber seluruh ciptaan. Ia adalah nama dari Dimensi Nama-nama! Segala sesuatu mendapatkan wujudnya pada tingkatan ilmu dan kehendak dengan sifat-sifat yang ditunjuk oleh nama ini.
Seperti yang ditunjuk oleh ayat-ayat “ar-Rahman ‘alal arshistawa” (Al-Qur’an 20:5) dan “ar-Rahman ‘Allamal Qur’an, Khalaqal Insan, ‘Allamahul bayan” (Al-Qur’an 55:1-4). Rahman adalah realitas yang mewujud dalam kesadaran! ‘Kasih’ adalah dalam tindakan ‘mewujudkannya menjadi ada.”
Perkataan Nabi Muhammad saw. bahwa ‘Allah menciptakan Adam dalam citra ar-Rahman’ mengandung makna bahwa aspek ilmu dari manusia mencerminkan fitur-fitur dari yang Rahman, yakni fitur-fitur dari Nama-nama.
Esensi (dzat) dari manusia juga berhubungan dengan nama Rahman. Dengan demikian, para politeis tidak mampu memahami pemikiran mengenai bersujud kepada yang Rahman (Al-Qur’an 25:60), dan Setan (pikiran, illusi) berontak terhadap yang Rahman (Qur’an 19:44). Ayat-ayat ini menunjukkan manifestasi dari esensi ‘Manusia’.
AR-RAHIM
Ar-Rahim adalah Nama yang mengandung fitur-fitur tak-hingga dari ar-Rahman kedalam wujud yang ditimbulkan. Dalam pengertian ini, ia adalah ‘penglihatan’ dari potensi. Ar-Rahim melihat dirinya sendiri melalui bentuk wujud, dengan menuntun mahluk-mahluk yang sadar kepada kesadaran bahwa hidup mereka dan realitas esensial mereka terdiri dari dan diatur oleh Nama-nama.
“... Dan Dia, Rahim kepada orang-orang yang beriman kepada realitas esensial mereka” (Al-Qur’an 33:43).
Ar-Rahim adalah sumber dari latar/bidang keberadaan yang disebut sebagai ‘surga’.
Ar-Rahim adalah pembuat keadaan malaikati.
AL-MALIK
Yang Esa yang Maha Kuasa, yang mewujudkan Nama-namaNya sesuai kehendakNya dan mengaturnya di dalam dunia-tindakan sesuka Dia. Dia yang memberi rezeki kepada segala sesuatu.
“Subhan Dia yang di tanganNya (pengaturan) Malakut (kekuatan Nama-nama) dari segala sesuatu, dan kepadaNya lah kalian akan dikembalikan (diri ilusi – ego akan berakhir dan Realitas Absolut akan dimengerti). (Al-Qur’an 36:83)
Yang Esa yang maha Kuasa yang tidak mempunyai mitra!
Mereka yang diberkati dengan kesadaran ini hanya akan mendapati dirinya dalam keadaan berserah diri secara mutlak kepada al-Malik! Penolakan dan pemberontakan akan berakhir. Al-Malik merupakan fitur yang paling berkaitan dengan fenomena yang dikenal sebagai manifestasinya melalui kontinum (arsy-i istawa).
“Apapun yang di langit dan apapun yang di bumi mengagungkan (bertasbih, dengan fitrah unik mereka) Allah, yang Malik, Quddus, ‘Aziz lagi Hakim (untuk mewujudkan makna apapun yang diinginkanNya).” (Al-Qur’an 62:1)
AL-QUDDUS
Yang Esa yang terbebas dari dan tidak terdefinisikan, terkondisikan dan terbatasi oleh fitur-fitur dan konsep-konsep perwujudanNya! Walaupun wujud yang ditimbulkan merupakan ungkapan Nama-namaNya, Dia itu suci dan diluar jangkauan terdefinisikan dan terbatasi olehnya!
AS-SALAM
Yang Esa yang memungkinkan keadaan damai dengan membebaskan individu-individu dari kondisi-kondisi alam dan kehidupan jasmaniah dan memberikan rasa ‘kepastian’ (yakin). Yang Esa yang memudahkan pemahaman akan Islam bagi orang-orang yang beriman, dan memungkinkan hal keberadaan surgawi yang disebut ‘Darussalam’ (manifestasi eksplisit dari potensi-potensi implisit kita). (Al-Qur’an 36:58)
Nama ini dipicu oleh nama ar-Rahim:
“‘Salam,’ ucapan dari Rabb yang ‘Rahim’ akan sampai kepada mereka (mereka akan mengalami manifestasi Nama Salam)!”
AL-MU’MIN
Yang Esa yang memungkinkan kesadaran bahwa Dia itu, berkenaan dengan Nama-namaNya, di luar jangkauan persepsi. Kesadaran ini memantul pada kita sebagai iman. Semua orang yang beriman, termasuk para Rasul dan malaikat, memiliki iman yanng berlandaskan kesadaran ini, yang membebaskan pikiran dari perbudakan khayalan. Sementara khayalan dapat menghalangi pikiran, yang memicu bekerjanya tindak perbadingan, ia menjadi tak berdaya dan tidak efektf dihadapan iman.
Fitur melekat dari Nama al-Mu’min mewujudkan dirinya secara langsung dari Kewaspadaan di dalam kesadaran seseorang, dan sebagai akibatnya melenyapkan efek khayalan.
AL-MUHAYMIN
Yang Esa yang memelihara dan melindungi dan mewujudkan Nama-namaNya dengan sistemNya sendiri (al-Hafidzu war-Rakiybu ‘ala kulli syay)!
Al-Muhaymin juga menunjuk kepada yang Esa yang menjaga dan melindungi (amanah).
Akar kata dari Muhaymin adalah amanah (amanat), disebutkan di dalam Al-Qur’an sebagai amanat yang darinya langit, bumi dan gunung menolaknya, tapi ‘Manusia’ (saudara kembar Al-Qur’an) menerimanya. Pada intinya, ia menunjukkan kesadaran yang berkenaan dengan ilmu mengenai Nama-nama, yang disimbolkan sebagai malaikat “RUH”, yang kemudian diteruskan kepada Manusia, khalifah di muka bumi. Yakni bahwa ‘amanat’ itu hidup dengan kesadaran bahwa esensi Anda tersusun dari Nama-nama. Ini bekerja bersama-sama dengan nama al-Mu’min. Malaikat (kekuatan) yang bernama RUH juga memiliki bentuk karena ia juga merupakan perwujudan, dan dengan demikian, ia adalah Hayyu dan Qayyum dikarenakan kesempurnaan ‘iman’-nya kepada fitur—fitur tak-hingga dari Nama-nama.
AL-‘AZIZ
Yang Esa yang, dengan kekuasaannya yang tak-tertandingi, mengatur sesuai keinginanNya. Yang Esa yang kehendakNya untuk melakukan sesukaNya, tiada satupun yang dapat menentangnya. Nama ini bekerja secara paralel dengan nama Rabb. Sifat Rabb melaksanakan tuntutan dari sifat ‘Aziz!
AL-JABBAR
Yang Esa yang kehendakNya memaksa. Alam-alam jasmani (keberadaan yang ditimbulkan) dipaksa untuk sejalan dengan tuntutanNya! Tidak ada ruang untuk penolakan. Fitur ‘jabr’ (memaksa) ini pasti akan mengekspresikan dirinya sendiri dan menerapkan hukum-hukumnya melalui esensi mahluk-mahluk.
AL-MUTAKABBIR
Yang Esa yang secara eksklusif memiliki kata ‘Aku’. Ke’Aku’an Absolut hanya milik Dia sendiri. Barangsiapa, dengan kata ‘Aku’, mengakui sebagian dari ke’Aku’an ini kepada dirinya sendiri, dan dengan begitu menyembunyikan ke’Aku’an yang menyusun esensinya dan membentengi ke’Aku’an relatif dirinya, akan menerima akibatnya dengan ‘pembakaran’ (penderitaan). Keagungan (Ke’Aku’an Absolut) adalah sifat yang hanya dimiliki olehNya.
AL-KHALIQ
Yang ESA Sang Pencipta Absolut! Yang Esa yang memunculkan individu-individu kepada wujudnya dari ketiadaan, dengan Nama-namaNya! Segala sesuatu yang diciptakan Al-Khaliq mempunyai tujuan yang harus dipenuhi, dan menurut tujuan unik ini, memiliki fitrah alami dan karakter (akhlak). Karenanya telah dikatakan: “Bekarakterlah kalian dengan karakter Allah” (Takhallaku biakhlakillah) yang mengandung makna: Hiduplah selaras dengan kesadaran bahwa kalian tersusun dari fitur-fitur struktural dari Nama-nama Allah!
AL-BARI
Yang Esa yang mendandani semua ciptaan (dari mikro hingga makro) dengan fungsi-fungsi dan rancangan-rancangan unik namun semuanya selaras dengan keseluruhan, seperti fungsi harmonis dari semua organ di dalam tubuh manusia!
AL-MUSAWWIR
Yang Menghiasi bentuk-bentuk. Yang Esa yang menampakkan ‘makna’ sebagai ‘bentuk’ dan menyusun mekanisme pada perseptor untuk mempersepsikan bentuk-bentuk itu.
AL-GHAFFAR
Yang Esa yang, sebagai ketentuan dari kekuasaan atau hikmah ilahiah, ‘menyembunyikan’ kekurangan-kekurangan dari orang-orang yang mengenali kekurangannya dan berkeinginan untuk dibebaskan dari akibat-akibatnya. Yang Esa yang mengampuni.
AL-QAHHAR
Yang Esa yang melaksanakan efek-efek dari NamaNya ‘Wahid’ dan menghapuskan keberadaan semu dari ke’Aku’an relatif.
AL-WAHHAB
Yang Esa yang menganugerahkan dan memberi tanpa meminta balasan kepada orang-orang yang Dia inginkan, tanpa memandang kepantasan.
AR-RAZZAQ
Yang Esa yang memberikan semua rezeki yang diperlukan untuk bertahan hidup kepada setiap unit manifestasi tanpa memandang latar/bidang keberadaannya.
AL-FATTAH
Yang Esa yang membangkitkan pengembangan di dalam individu-individu. Yang Esa yang memungkinkan pengenalan dan penglihatan akan Realitas, dan karenanya, tidak ada kekurangan, kelemahan, ataupun kesalahan dalam keberadaan yang ditimbulkan. Yang Esa yang mengembangkan visi dan aktivitas seseorang, dan memungkinkan pemanfaatannya secara tepat. Yang Esa yang memungkinkan pengenalan dan penggunaan hal yang tak-dikenali.
AL-‘ALIM
Yang Esa yang, dengan fitur ilmuNya, mengetahui dengan tak-hingga segala sesuatu di setiap dimensi dari segala sisinya.
AL-QABID
Yang Esa yang melaksanakan keputusanNya dengan mempertahankan esensi dari realitas Nama individu. Yang Esa yang menahan dan memaksa penyendirian.
AL-BASITH
Yang Esa yang membuka dan mengembangkan; yang Esa yang memungkinkan penglihatan dimensional dan secara mendalam.
AL-KHAFIDH
Yang Esa yang merendahkan. Yang Esa yang memberi kemampuan untuk merasakan keberadaan yang jauh dari realitas. Pencipta dari ‘asfala safilin’ (keadaan keberadaan yang lebih rendah). Pembentuk visi ‘keserbaragaman’ untuk menyembunyikan realitas.
AR-RAFI
Yang Esa yang meninggikan. Yang Esa yang menaikkan mahluk-mahluk sadar kepada hal keberadaan yang lebih tinggi, memungkinkan realisasi dan penglihatan akan realitas esensial mereka.
AL-MU’IZZ
Pemberi kemuliaan. Yang Esa yang memberikan kemuliaan kepada siapa yang Dia inginkan dan meninggikan kehormatan mereka di atas yang lain.
AL-MUDZILL
Yang Esa yang menampakkan kehinaan sebagian orang dan merendahkannya di bawah yang lain. Yang Esa yang mencabut fitur-fitur mulia dan mendorong kepada kehinaan dengan hijab ke’Aku’an (ego).
AS-SAMI’
Yang Esa yang mendengar manifestasi-manifestasiNya di setiap saat. Yang Esa yang memungkinkan kesadaran dan pemahaman.
Nama ini memicu Nama Al-Bashir.
AL-BASHIR
Yang Esa yag terus-menerus melihat manifestasi-manifestasiNya dan mengevaluasi keluarannya (output).
AL-HAKAM
Hakim Absolut yang penghakimannya (keputusannya) pasti terlaksana.
AL-ADL
Yang Esa yang memberikan kepada tiap-tiap manifestasiNya hak mereka seirama dengan program penciptaan mereka. Yang Esa yang mutlak terbebas dari ketidak-adilan dan tirani.
AL-LATIF
Yang Esa yang secara halus hadir di kedalaman setiap manifestasi. Yang Esa yang pertolongannya berlimpah.
AL-KHABIR
Yang Esa yang mengetahui manifestasi Nama-namaNya di setiap saat. Yang Esa yang memperrkenankan manifestasi-manifestasiNya melihat tingkat pemahaman mereka melalui hasil-hasil perbuatan mereka.
AL-HALIM
Yang Esa yang menahan diri dari memberikan reaksi dengan segera (sontak) terhadap kejadian-kejadian, melainkan mengevaluasi semua situasi dari sudut pandang tujuan manifestasi mereka.
AL-‘AZHIM
Kemuliaan agung di luar jangkauan kapasitas pemahaman manifestasi apapun.
AL-GHAFUR
Yang Esa yang KasihNya jangan pernah diragukan dan digugurkan. Yang Esa yang memungkinkan pembersihan yang diperlukan, dan memicu nama Rahim untuk memberikan berkat.
ASY-SYAKUR
Yang Esa yang memperkenankan penggunaan yang tepat terhadap karuniaNya agar Dia bisa menambahnya. Yang Esa yang memungkinkan evaluasi yang selayaknya terhadap sumberdaya sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh lebih banyak lagi. Nama ini memicu nama Al-Karim. Jika nama ini tidak teraktifasi di dalam kehidupan seseorang, hubungannya dengan Allah akan rusak dan menjadi tidak mampu untuk memanfaatkan sumberdayanya dengan selayaknya, memalingkan perhatiannya kepada hal-hal yang lain dan karenanya menjadi terhijab dari rahmat Allah. Ini mengarahkannya kepada ‘ketidakbersyukuran’, yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengevaluasi dengan baik dan memanfaatkan pemberianNya. Pada akhirnya, ini menghasilkan ketercerabutan total.
AL-‘ALIY
Yang Maha Tinggi (atau Yang Maha Agung). Yang Esa yang Maha agung yang melihat keberadaan dari titik realitas (esensi).
AL-KABIR
Besarnya seluruh alam yang Dia ciptakan dengan Nama-namaNya tidak dapat difahami.
AL-HAFIZH
Yang Esa yang memberikan semua ketentuan untuk melestarikan dan memelihara keberadaan.
AL-MUQIT
Yang Esa yang memudahkan ekspresi Nama Al-Hafizh dengan menyediakan pentas (platform) material dan spiritual yang diperlukan untuk itu.
AL-HASIB
Yang Esa yang memelihara individualitas dengan meminta pertanggungjawaban mereka atas hasil perilaku mereka melalui mekanisme ‘akibat’.
Dengan berbuat demikian, aliran formasi tak-terbatas terbentuk dengan kokoh.
AL-JALIL
Yang Esa yang, dengan kelengkapan dan kesempurnaan agungNya, menjadi sultan dari dunia tindakan.
AL-KARIM
Yang Esa yang sangat pemurah dan banyak karunianya yang tetap memberikan karuniaNya meskipun kepada orang-orang yang mengingkari keberadaanNya. Kemampuan untuk memBACA (iqra) hanya mungkin melalui aktivasi dari Nama ini, yang tertidur di dalam esensi setiap individu.
RAQIB
Yang Esa yang mengawasi dan selalu mengendalikan manifestasi dari Nama-namaNya, dengan Nama-namaNya, di setiap saat.
AL-MUJIB
Yang Esa yang dengan tegas mengabulkan semua yang permintaan kepadaNya (dalam shalat dan doa) dan memberikan kebutuhan mereka.
AL-WASI
Yang Maha Meliputi. Yang Esa yang meliputi seluruh keberadaan dengan ekspresi Nama-namaNya.
AL-HAKIM
Yang Esa yang kekuasaan ilmuNya muncul dibawah samaran yang disebut sebagai ‘sebab’, dan karenanya menciptakan hubungan sebab-akibat dan mengarah kepada persepsi keserbaragaman.
AL-WADUD
Pencipta daya-tarik. Pencipta dari cinta yang ikhlas tanpa syarat. Esensi di dalam setiap yang dicintai!
AL-MAJID
Yang Esa yang kemuliaannya yang agung nampak jelas melalui manifestasi-manifestasiNya yang indah!
AL-BA’ITS
Yang Esa yang terus-menerus mengubah bentuk dimensi-dimensi keberadaan yang baru. Sebagai ketentuan dari mekanisme yang ditunjuk oleh ayat “Segala sesuatu di langit dan di bumi meminta dariNya; di setiap saat, HU (Esensi Keberadaan Absolut) mewujudkan diriNya dengan cara yang lain!” (Al-Qur’an 55:29), Al-Ba’its terus menerus menciptakan pengalaman-pengalaman baru.
Ekspresi dari nama ini yang berkaitan dengan kemanusiaan digambarkan dengan ‘amantu’ (Terdiri dari enam landasan keimanan dalam Islam. Ia terdiri dari keimanan kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, Hari-Kiamat [keehidupan setelah kematian], dan qadar, bahwa semua kebaikan dan keburukan adalah dari Allah.) seperti ‘beriman kepada kehidupan (kebangkitan) setelah kematian’ (bats’u badal mawt) dan ayat “Bahwa kalian pasti akan berubah dimensi dan berubah bentuk menjadi tubuh yang sesuai dengan dimensi-dimensi itu!” (Al-Qur’an 84:19)
Telah kami katakan bahwa ba’ts (kebangkitan) adalah merasakan kematian dan memulai keadaan kehidupan yang baru setelah kematian... Namun demikian, kebangkitan juga mungkin terjadi di bumi ini, di latar keberadaan ini, seperti kebangkitan wilayah (kewalian), nubuwwah (kenabian), dan risalah (personifikasi ilmu Allah)! Karena semua stasiun ini menyusun keadaan-keadaan kehidupan yang baru.
Sebagai contoh, bisa kita katakan bahwa ba’ts adalah seperti penyemaian benih agar bertunas, atau ‘memberikan tunas kehidupan baru’. Serupa dengan itu, kehidupan muncul dari kematian (potensi tak-aktif yang masih tidur). Berkaitan denggan hal keberadaan baru, keadaan sebelumnya dianggap sebagai ‘kuburan’ (qabir).
“Saat (kematian) itu pasti akan datang – tidak ada keraguan padanya. Dan Allah pasti akan membangkitkan para mahluk (bentuk—bentuk kesadaran individu) di dalam kubur mereka (tubuh) (untuk meneruskan kehidupan mereka melalui tubuh-tubuh yang baru)!” (Al-Qur’an 22:7)
ASY-SYAHID
Yang Esa yang menyaksikan keberadaanNya melalui keberadaanNya sendiri. Yang Esa yang melihat penyingkapan Nama-namaNya dan menyaksikan manifestasi-manifestasiNya! Yang melaksanakan realitas bahwa tidak ada yang melihat kecuali diriNya sendiri.
AL-HAQQ
Realitas absolut dan tegas! Sumber dan esensi dari setiap fungsi dalam manifestasi!
AL-WAKIL
Yang Esa yang menyediakan sarana untuk mengaktualisasikan-diri. Yang Esa yang menolong dan melindungi orang-orang yang bertawakal kepadaNya, dengan memberi mereka hasil-hasil yang paling diharapkan. Orang yang beriman kepada potensi dari nama Al-Wakil didalam esensi dirinya akan menegaskan keyakinannya kepada semua Nama-nama (semua potensi dirinya). Sumber misteri dari kekhalifahan terletak dalam Nama ini!
AL-QAWWI
Yang Esa yang mengubah bentuk kekuasaanNya menjadi potensi yang memungkinkan untuk manifestasi keberadaan (karenanya menyusun kekuatan dari seluruh wujud).
Yang Esa yang membentuk keadaan malaikati.
AL-MATIN
Yang Esa yang menopang alam tindakan, yang kokoh, pencipta kekuatan dan stabilitas, pemberikan kekuatan dan ketahanan!
AL-WALIYY
Yang Esa yang menuntun dan memungkinkan individu untuk menemukan realitas mereka dan menjalani hidupnya selaras dengan esensi mereka. Ia merupakan sumber risalah (personifikasi ilmu Allah) dan nubuwwah (kenabian), yang menyusun keadaan-keadaan puncak kewalian (wilayah), Ia yang mengirimkan fitur-fitur sempurna yang menyusun titik tertinggi kewalian, risalah, dan satu martabat di bawahnya, nubuwwah. Sementara ekspresi nubuwwah selamanya fungsional, ekspresi nubuwwah hanya berlaku untuk kehidupan duniawi. Seorang Nabi melanjutkan hidupnya pada martabat kesempurnaan yang sama setelah kematian, tapi peran eksplisitnya sebagai Nabi tidak lagi aktif. Berbeda dengan itu, karena fitur-fitur suci yang melekat padanya, risalah terus berlanjut selamanya (seperti halnya kewalian).
AL-HAMID
Yang Esa yang melihat dan mengevaluasi kesempurnaan universalNya pada bentuk-bentuk duniawi yang dimanifestasikan oleh NamaNya Al-Waliyy.
Hamd kepunyaan Dia semata.
AL-MUHSI
Pencipta ‘bentuk-bentuk’ (mikro hingga makro) yang menyusun apa yang nampak seolah sebagai keserbaragaman, masing-masing diperlengkapi dengan fitur-fitur dan sifat-sifat yang unik, di dalam KESATUAN.
AL-MUBDI
Yang Esa yang memunculkan semua ciptaan di alam-alam jasmani, semuanya dengan fitur-fitur eksklusif dan unik.
AL-MU’ID
Yang Esa yang memulihkan kehidupan pada orang-orang yang kembali kepada esensi mereka.
AL-MUHYI
Yang Esa yang menghidupkan dan memberi pencerahan! Yang Esa yang memungkinkan berlanjutnya kehidupan seseorang melalui penerapan ilmu dan penglihatan terhadap realitas esensialnya.
AL-MUMIT
Yang Esa yang memungkinkan ‘rasa’ (pengalaman) kematian. Yang Esa yang memperkenankan peralihan di antara wujud yang satu kepada wujud yang lain.
AL-HAYY
Sumber dari nama-nama! Yang Esa yang memberikan kehidupan kepada Nama-nama dan mewujudkannya. Sumber dari energi universal, esensi dari energi!
AL-QAYYUM
Yang Esa yang membuat diriNya ada dengan sifat-sifatNya sendiri, tanpa membutuhkan apapun. Segala sesuatu yang ada hidup dengan Al-Qayyum.
AL-WAJID
Yang Esa yang fitur-fitur dan sifat-sifatNya selalu berlimpah tiada habisnya. Yang Esa yang Maha Wujud. Yang Esa, yang dariNya tiada yang berkurang, meskipun manifestasi-manifestasinya sangat berlimpah.
AL-MAJID
Yang Esa yang agung dan mulia dengan kemurahan dan karunianya yang tak-berbatas dan tak terhingga (Maha Pemurah).
AL-WAHID
Yang Esa dan satu-satunya! Ke’ESA’anNya di luar jangkauan konsep keserbaragaman. Yang ESA, yang tidak tersusun dari (atau dapat dipecah-pecah kedalam) bagian-bagian (seperti halnya dalam panteisme). Ke’ESA’anNya membuat dualitas menjadi usang! Ke’ESA’anNya tidak ada pikiran ataupun akal yang dapat memahaminya dengan sepenuhnya!
ASH-SHAMAD
Yang Esa yang Seluruhnya Suci-murni! Terbebas dari konsep keserbaragaman! Tidak dibentuk dari bagian-bagian yang bergabung. Jauh dari konseptualisasi dan pembatasan. Yang Esa yang mencukupi-dirinya sendiri, yang tidak membutuhkan apapun!
Sebuah hadits yang otentik menyebutkan: “Ash-shamad adalah sedemikian rupa sehingga ia tidak memiliki ruang atau kekosongan di dalamnya (semua, seluruhnya, satu).”
AL-QADIR
Yang Esa yang menciptakan (mendatangkan, mewujudkan) dan melihat ilmuNya dengan kekuasaanNya tanpa bergantung kepada sebab-akibat. Yang Esa yang sama-sekali tak-terbatas!
AL-MUQTADIR
Yang Maha Menentukan. Pemilik absolut dari semua kekuasaan yang berkenaan dengan penciptaan, pengaturan, dan pengendalian.
AL-MUQADDIM
Yang Esa yang melancarkan (memprioritaskan) manifestasi Nama-nama menurut tujuan penciptaannya.
AL-MUAKHKHIR
Yang Esa yang menunda manifestasi selaras dengan namaNya Al-Hakim.
AL-AWWAL
Keadaan wujud pertama dan yang paling awal, Nama esensial.
AL-AKHIR
Yang Esa yang paling kemudian tanpa-hingga, terhadap semua ciptaan.
AZH-ZHAHIR
Yang Esa yang nyata dengan sendirinya, manifestasi eksplisit yang nampak dan tegas.
AL-BATIN
Realitas yang tidak kelihatan di dalam manifestasi yang nampak! Sumber dari yang gaib (Awwal, Akhir, Zhahir, Batin, HU!)
AL-WALI
Yang Esa yang mengatur menurut keputusanNya sendiri.
AL-MUTA’ALI
Yang Esa yang Maha Tinggi tiada berbatas, yang kekuaasaannya meliputi segala sesuatu! Yang Esa yang realitasnya tidak pernah dimengerti sebenar-benarnya oleh keberadaan yang ditimbulkan dan dikonsepkan (mahluk). Yang Esa yang jauh dari terbatasi oleh pikiran dan akal.
AL-BARR
Yang Esa yang memudahkan aktualisasi tabiat dan fitrah individu.
AT-TAWWAB
Yang Esa yang menuntun individu-individu kepada esensi mereka dengan memungkinkan mereka melihat dan memahami realitas. Yang Esa yang memperkenankan individu untuk bertaubat, yakni untuk meninggalkan kezaliman dan menebus keburukan apapun yang telah ditimbulkannya. Aktivasi Nama ini memicu nama Rahim, dan karenanya kemurahan dan keindahan dapat dirasakan.
AL-MUNTAQIM
Yang Esa yang membuat individu-individu menjalani akibat dari tindakan-tindakan mereka yang menghalangi realisasi esensi mereka. Tindakan ‘membalas’ (zuntiqam) adalah membuat seseeorang ‘membayar’, yakni menghadapi akibat dari perbuatan-perbuatan mereka tanpa kecuali dan tanpa rasa kasihan. Allah tidak terikat konsep semacam balas-dendam. Ketika digunakan sehubungan dengan ‘balasan yang keras’ (Syadidul ‘Iqab) (Al-Qur’an 59:4), Al-Muntaqim menunjuk kepada kekuatan yang membalas dengan sangat keras individu-individu yang gagal mengenali esensi mereka, dengan membuat mereka menjalani akibat dari tindakan-tindakan mereka yang merusak dengan cara yang sangat berat dan keras.
AL-’AFUW
Yang Esa yang mengampuni semua pelanggaran kecuali ‘dualitas’ (syirik); kegagalan untuk mengenali realitas tanpa menduakan menghalangi aktivasi nama Al’Afuw.
Perlu dicatat bahwa mengampuni suatu pelanggaran tidak berarti menebus kerugian masa lalu, karena di dalam sistem sunnatullah tidak ada yang namanya kompensasi masa lalu!
AR-RA’UF
Yang Esa yang pengasih lagi pengiba, yang melindungi individu-individu yang berpaling kepadaNya dari segala macam perilaku yang bisa menimbulkan bahaya dan masalah terhadap mereka.
AL-MAALIKUL MULK
Yang Esa yang mengatur KekuasaanNya sesuai keinginanNya tanpa harus bertanggung-jawab kepada siapapun.
“Katakanlah, ‘Allah, penguasa dari semua kekuasaan... Engkau memberikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau mengambil kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau merendahkan siapa yang Engkau kehendaki. Di tanganMu semua kebaikan. Sungguh, Engkau itu Qadir atas segala sesuatu.’” (Al-Qur’an 3:26)
DZUL JALALI WAL IKRAM
Yang Esa yang membuat individu-individu mengalami ‘ketiadaan’ mereka dengan memungkinkan mereka memahami realitas bahwa mereka diciptakan dari ‘tiada’, dan kemudian memberi mereka ‘Kekekalan’ dengan memperkenankan mereka untuk melihat manifestasi Nama-nama yang menyusun esensi mereka.
AL-MUQSITH
Yang Esa yang menerapkan keadilan, sebagai ketentuan dari Uluhiyyah-nya, dengan memberikan kepada individu-individu hak mereka, berdasarkan tujuan penciptaan unik mereka.
AL-JAMI’
Yang Esa yang melihat seluruh keberadaan sebagai kerangka tunggal multi-dimensi di dalam ilmuNya. Yang Esa yang mengumpulkan ciptaan menurut tujuan dan fungsi penciptaan mereka.
AL-GHANI
Yang Esa yang jauh dari bisa dilabeli dan dibatasi oleh manifestasi Nama-namaNya, karena Dia itu Maha Besar (Akbar) dan di luar jangkauan semua konsep. Yang Esa yang Nama-namaNya berlimpah tiada hingga.
AL-MUGHNI
Yang Esa yang memperkaya individu-individu dan melebihkan mereka dalam hal kekayaan di atas yang lainnya dan membebaskan mereka. Yang Esa yang memperkaya dengan kekayaanNya sendiri. Yang Esa yang mengaruniakan keindahan kekekalan (baqa) yang dihasilkan dari ‘kefakiran’ (ketiadaan).
“Dan bukankah Kami mendapatimu dalam keadaan miskin (fakr, dalam ketiadaan) dan membuatmu kaya (dengan kekekalan – baqa)? (Bukankah Kami telah menjadikanmu hamba dari yang Ghani? Bukankah Kami telah memperkaya dan membebaskanmu?)” (Al-Qur’an 53:48)
“Dan sungguh, Dia lah yang membuat kaya dan yang menghilangkannya.” (Al-Qur’an 53:48)
AL-MAANI
Yang Esa yang mencegah orang-orang mendapatkan apa-apa yang tidak patut bagi mereka!
AD-DARR
Yang Esa yang menimpakan kepada individu-individu beragam situasi yang menyusahkan (sakit, penderitaan, masalah) untuk membuat mereka berpaling kepadaNya saja!
AN-NAFI’
Yang Esa yang mengingatkan individu-individu agar sibuk dengan pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan yang baik untuk menolong mereka kepada hasil-hasil yang baik dan menguntungkan.
AN-NUR
Ilmu yang menjadi sumber dan esensi dari segala sesuatu! Esensi dari segala sesuatu adalah Nur, segala sesuatu terdiri dari ilmu. Kehidupan ada dengan ilmu. Orang-orang yang berilmu adalah yang hidup selama-lamanya (Hayy), sedangkan orang-orang yang tidak memiliki ilmu bagaikan mayat hidup.
AL-HADI
Penuntun kepada kebenaran. Yang Esa yang memperkenankan individu-individu untuk hidup sesuai dengan realitas mereka. Artikulator (penyampai) kebenaran. Yang menuntun kepada realitas.
AL-BADI’
Keindahan tiada banding dan pencipta manifestasi yang indah! Yang Esa yang menciptakan manifestasi-manifestasi yang tidak terhitung, semuanya dengan fitur-fitur unik dan eksklusif, dan tanpa contoh, pola, sampel, dll.
AL-BAQI
Yang kekal abadi. Yang Esa yang ada diluar konsep waktu.
AL-WARITS
Yang Esa yang mewujud dengan beragam nama dan bentuk untuk mewariskan dan melindungi kepemilikan dari orang-orang yang meninggalkan semua miliknya utuk menjalani peralihan bentuk sebenarnya. Ketika satu bentuk telah lemah, Dia melanjutkan keberadaanNya dengan bentuk yang lain.
AR-RASYID
Penuntun kepada jalan yang benar. Yang Esa yang memperkenankan individu-individu, yang mengenal realitas esensial mereka, untuk mengalami kematangan dalam pengenalannya ini!
AS-SHABUR
“Dan seandainya Allah mesti memintai pertanggung-jawaban dari manusia atas kezaliman mereka dan melaksanakan akibat-akibatnya kepada mereka dengan seketika, tentu Dia tidak akan menyisakan di muka bumi ini satu mahluk pun (DABBAH, yakni mahluk melata, dalam ‘bentuk’ manusia – tapi bukan manusia), tapi Dia menangguhkannya hingga waktu yang telah ditetapkan. Dan apabila saatnya tiba, mereka tidak bisa menundanya ataupun mendahuluinya meskipun hanya sesaat.” (Al-Qur’an 16:61)
Yang Esa yang menunggu tiap-tiap individu untuk melaksanakan program penciptaannya sebelum melaksanakan akibat dari tindakan-tindakan mereka. Membiarkan terjadinya penindasan oleh para penindas, yakni mengaktifkan Nama Ash-Shabur, agar yang menindas dan yang tertindas dapat melaksanakan fungsi-fungsi mereka sebelum menghadapi akibat-akibatnya dengan sepenuhnya. Bencana yang lebih besar mendorong penciptaan kekejaman yang lebih besar.
PERINGATAN AKHIR
Jelas bahwa makna-makna dari nama-nama Allah tidak dapat dibatasi sesempit itu. Inilah sebabnya mengapa saya menahan diri untuk membahas topik ini selama bertahun-tahun. Karena saya tahu bahwa mustahil untuk membahas topik yang sangat luas ini dengan cakupan yang selayaknya. Namun demikian, hasil perenungan saya terhadap ilmu ini telah mendorong saya untuk membahas topik ini sampai batas tertentu. Semoga Allah mengampuni saya. Telah banyak buku yang ditulis dalam bidang ini. Saya hanya menyentuhnya berdasarkan pemahaman saya saat ini dan dengan cara yang mudah diingat. Mungkin saya hanya mengungkap sebagian kecilnya saja!
SubhanAllahu amma yasifun! (Al-Qur’an 23:91)
Saya merasa perlu untuk mengulang pentingnya hal berikut sebelum mengakhiri topik ini:
Segala sesuatu yang dengannya saya telah berbagi dengan Anda di sini, mesti dilihat dan dialami didalam kesadaran diri, setelah dibersihkan dari batasan-batasan yang diciptakan oleh identitas khayal (ke’Aku’an) dan kentalnya hal keberadaan jasmaniah. Jika pembersihan ini melibatkan pengulangan kata-kata dan frase tertentu secara otomatis tanpa konfirmasi pengalaman, hasilnya tidak akan berbeda dengan komputer yang menjalankan program, dan karenanya tidak efektif. Sufisme adalah sebuah jalan hidup! Orang-orang yang menceritakan dan mengulang-ulang perkataan orang lain (tidak beda dengan bergosip!) memboroskan hidup mereka, mendapatkan hiburan di dalam permainan Setan dengan berbagai hiasannya!
Bukti dari telah dicapainya realitas dari ilmu ini adalah dengan berakhirnya penderitaan! Yakni jika Anda tidak lagi terganggu atau bermasalah oleh apapun atau siapapun. Jika tidak ada lagi situasi atau orang yang dapat menyusahkan Anda, ini berarti bahwa ilmu ini telah menjadi realitas Anda! Selama masih terikat oleh pertimbangan nilai yang melekat kepada pengkondisian dan menjalani hidup di sekitar emosi dan perilaku yang dihasilkan daripadanya, hidup seseorang akan berlanjut dan matang sebagai ‘mahluk melata’ (bukan manusia) dan terkena hukum ‘sebab-akibat’, baik di sini maupun di akhirat.
Ilmu itu untuk diamalkan. Maka, marilah kita mulai dengan menerapkan: ‘ilmu yang tidak diamalkan adalah beban di pundak pemiliknya!’
Marilah kita bertanya kepada diri sendiri di setiap penghujung hari:
“Sudah siapkah aku menempuh perjalanan ‘satu-arah’ malam ini di dalam tidurku?”
“Apakah perkara-perkara duniawi masih menggangguku dan membuatku menderita? Atau apakah aku menjalani pengabdianku dengan tentram dan bahagia?”
Jika jawaban Anda adalah ‘Ya’, kabar gembira bagi Anda, kawan! Jika jawabannya ‘Tidak’, maka banyak tugas menanti Anda hari esok! Dalam hal ini, ketika Anda bangun pagi, tanyalah diri Anda “Apa yang harus aku lakukan hari ini agar malam ini bisa tidur dengan tentram dan bahagia sepenuhnya?”
Maha agung Dia yang Esa yang memperkenankan kita menjalani hari-hari kita dengan kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita miliki akan lenyap...
Wassalam...
Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada imam Masjid Istanbul Kanlica, Hasan Guler Hodja, ulama yang dimuliakan dan teladan ilmu, yang telah berbagi wawasan yang berharga dengan saya dan atas bantuannya pada ‘Menyingkap Sandi Al-Qur’an’.
AHMED HULUSI
03 Februari 2009
North Carolina, USA
 
back to top